PENCEMARAN NAMA BAIK

12 06 2009

pencemaran

Wahai para blogador….pertama saya mau bilang maaf ya saya jarang jalan-jalan mengunjungi blog kalian yang blogus-blogus (bagus-bagus, menurut bahasa geRrilyawan). Dan saya juga sudah lama nggak posting sepertinya.

Pada mau tahu nggak kenapa?

Nggaaaaaaaaak….!!!

Lho kok enggak? Iya deh……..mau deh ya? Ya? Ya? Ya? Mau ya? Ayo dong….! Mau ya? Ya? Ya? Ya? Ayo lah…!!! Ya? Ya? Ya?

Iyaaaaaa….! iya…iya deh….!(nyerah…….maksa banget sih!)

Nah gitu dong…

Jadi begini saya jarang jalan-jalan blog dan belum bikin postingan baru ya soalnya…….sibuk!

Alah…cliché jawabannya!!! (ciiiiehhh….sok mrancissss!)

Yaah…ada alasan lain juga sih. Alasannya saya takut! Malu-maluin ya, udah gede kok penakut. Bukan takut apaan gitu setan atau apa. Takut nanti ada yang tersinggung karena tulisan-tulisan saya atau komentar-komentar saya. Saya takut nanti dituduh mencemarkan nama baik seseorang atau pihak lain, meskipun mungkin yang saya tulis jujur.

Sampai di sini sudah ada yang tersinggung? Kalau tidak, ya saya lanjut lagi…

Yah….maklum mengungkapkan perasaan atau memberi info tentang sesuatu hal belakangan ini agak berbahaya. Salah-salah malahan kena tuntut balik karena ada yang merasa tersinggung atau dirugikan. Seperti kasus emailnya mbak Prita Mulyasari VS R.S. Omni Internasional yang minggu kemarin lagi panas-panasnya (mungkin ada yang komentar kasusnya udah adem kok malah baru nulis soal itu……ya nggak apa-apa dong, biar nggak cepat dilupakan kayak beberapa kasus lain yang gampang hilang dari peredaran dan dilupakan orang. Lagian kan belum ada kejelasan juga dan masih terus berkembang). Mengeluarkan pendapat yang dilindungi hak asasi manusia kok malah bisa berbalik dituduh mencemarkan nama baik.

Kampanye dulu:

bebaskan-prita-mulyasari

Sampai sini sudah ada yang tersinggung tidak? Kalau tidak, ya saya mau lanjut lagi deh….

Saya kecewa sekali mendengar berita itu. Kecewa terhadap kebebasan mengungkapkan pendapat yang terbelenggu dan nggak jelas batasan-batasannya. Kecewa terhadap sistem hukum negara ini yang masih saja selalu menimbulkan tanda tanya besar. Kecewa terhadap etika-etika kedokteran. Kecewa terhadap perlindungan konsumen kita…dan lain-lain. . Kecewa terhadap kenyataan bahwa orang mengeluh, mengungkapkan perasaan,  kok bisa-bisanya malah dituntut balik mencemarkan nama baik.

Dan satu lagi…saya harus kecewa terhadap diri saya sendiri. Harus……? Ya…harus kecewa!

Kenapa? Karena mungkin seperti itu jugalah saya selama ini. Kalau ada seseorang yang membicarakan hal-hal buruk tentang saya, langsung saya cap mereka sebagai sok tahu, tukang cela, nggak tahu diri, si pahit lidah atau apalah…..apalagi kalau disebar ke orang lain wuahh…lengkap cap untuk mereka itu mulai dari pencemar nama baik, pengkhianat, pembunuh karakter, ahli fitnah,  dan seribu juta topan badai lainnya.

Tapi apa benar nama saya baik….? Atau mungkin kalau orang lain tahunya nama saya baik, itu hanya karena saya begitu pandainya menutupi lubang-lubang keburukan itu? Atau mungkin orang-orang yang tahu tidak mau membicarakan keburukan saya sehingga saya terlihat baik di mata orang lain? Belum ada yang membuka mata dunia terhadap keburukan saya.

Sampai sini ada yang tersinggung  nggak? Kalau nggak, saya lanjut lagi nih…..

Bagaimana kalau hal-hal buruk yang dibicarakan orang tentang saya itu benar? Mungkin saya memang tidak sebaik itu…tidak sebaik anggapan saya. Bahkan ketika keburukan itu sebesar debu pun…….bukan berarti keburukan itu tidak ada. Betul tidaaaak…?

Kecuali bila hal-hal buruk itu sama sekali tidak benar. Saya punya kuasa mutlak untuk men-cap itu sebagai fitnah, pembunuhan karakter, kampanye negatif terhadap diri saya. Selama ini kan tidak…segala hal-hal buruk tentang saya baik benar ataupun tidak yang diucapkan orang lain langsung saya mentahkan. Saya langsung bilang ke orang lain bahwa itu tidak benar, menutup mata sama sekali terhadap kenyataan sebenarnya. Tanpa melihat ke dalam diri saya sendiri, mungkin ada hal buruk yang saya lakukan tanpa saya sadari. Atau yang lebih parah malah tahu bahwa saya melakukan hal buruk tapi tidak mau mengakuinya.

Padahal kalau ada yang memuji, dan bilang kalau saya ini orangnya baik hati, tidak sombong, jagoan lagipula pintar (kok kaya si boy), ganteng, dermawan, rajin, pandai, pokoknya memenuhi semua Dasa Dharma Pramuka pasti saya terima mentah-mentah entah benar atau tidak (mungkin banyak tidaknya ya….hahahaha!). Nggak adil ya…..

Baiknya mau terima, buruknya nggak mau. Yah berarti mungkin saja nama saya nggak segitu baiknya. Jadi orang yang bilang saya baik itu justru mencemarkan “nama buruk” saya. Karena mungkin sejatinya nama saya memang buruk. Walah!

Sampai sini apa ada yang tersinggung? Iya? Wah…ya sudah deh saya tutup postingan ini! Tapi kalau tidak pun……ya sudah, saya tetap nggak lanjut lagi. Stop dulu sampai di sini. Saya mau cari…….CERMIN!